Gandarusa, Berpotensi sebagai Anti-HIV
Gandarusa, daun rusa, atau kisi-kisi, dengan nama ilmiah Justicia gendarussa, Burm.f., mengutip Wikipedia, hanyalah semak tropis yang biasa dijumpai di pekarangan rumah. Kadang tumbuh sendiri, kadang digunakan sebagai pagar hidup. Tumbuhan ini mudah tumbuh dan dapat diperbanyak dengan stek.
Tumbuhan perdu ini daunnya memanjang, sedikit tebal, berwarna hijau tua. Bunganya berwarna putih kecil berbentuk rangkaian malai, dan bulir kuncup muncul dari ketiak daun.
Gandarusa, menurut Wikipedia, memiliki efek analgetik, diuretik, dan antispermatozoa. Daunnya mengandung alkaloid yang berpotensi racun bagi manusia.
Tumbuhan ini dilaporkan digunakan sebagai alat kontrasepsi pria oleh sebagian penduduk lokal di Papua. Hasil penelitian di Universitas Airlangga menunjukkan efek menekan kadar testosteron pada mencit melalui kadar polifenol tertentu yang menurunkan aktivitas enzim hialuronidase pada spermatozoa, sehingga sel sperma tidak mampu menembus dinding sel telur.
Selain bermanfaat sebagai alat kontrasepsi, tumbuhan ini kaya manfaat, terbukti dengan banyaknya penelitian yang telah dilakukan.
Tim peneliti dari Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia, meneliti aktivitas antiviral dari daun gandarusa terhadap infeksi HIV. Papa peneliti mengevaluasi pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas antivirus ekstrak daun gandarusa pada sel MT-4 yang terinfeksi HIV secara in vitro.
Uji docking molekuler juga dilakukan untuk menentukan interaksi alkaloid dan flavonoid pada daun gandarusa terhadap reseptor reverse transcriptase HIV-1. Tujuh puluh persen ekstrak etanol daun gandarusa memiliki potensi anti-HIV.
Agustinus Widodo dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, juga meneliti aktivitas antiviral ekstrak etanol dan fraksi daun gandarusa pada sel MT 4 yang terinfeksi Human Immunodeficiency virus (HIV) in vitro.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya, yang menguji aktivitas anti-HIV dengan menggunakan 3 jenis ekstrak, yaitu ekstrak etanol 70 persen (tanpa pembebasan alkaloid), ekstrak etanol 70 persen terfraksinasi (dengan pembebasan alkaloid), dan ekstrak air daun gandarusa pada kultur sel MT-4 yang terinfeksi HIV in vitro. Kesemuanya dibandingkan dengan kontrol positif (Zidovudin+Lamivudin).
Hasil yang diperoleh adalah adanya penghambatan efek sitolisis, hal ini menandakan adanya penghambatan dari pertumbuhan HIV. Berdasarkan uji aktivitas virusidal, diperoleh hasil ekstrak etanol 70 persen dan ekstrak etanol 70 persen terfraksinasi daun gandarusa mampu menghambat lebih dari 90 persen pembentukan syncytia sel MT-4 yang terinfeksi HIV.
Hasil uji aktivitas virusidal, menunjukkan beberapa konsentrasi dari ekstrak daun gandarusa dapat menghambat pembentukan syncytia lebih dari 90 persen, sehingga mampu menghambat masuknya virus.
Pemerian Botani Gandarusa
Gandarusa, dengan nama Latin Justicia gendarussa, Burm. f., termasuk familia Acanthaceae, dikutip dari balitra.litbang.pertanian.go.id, merupakan tumbuhan semak yang tumbuh liar di hutan, di tanggul-tanggul sungai, atau ditanam sebagai pagar hidup, atau juga dipelihara sebagai tanaman obat yang bersifat herbal. Gandarusa tumbuh baik pada ketinggian 1 – 500 m di atas permukaan laut.
Gandarusa tumbuh tegak, dengan tinggi dapat mencapai 2 m. Percabangannya banyak, dimulai dari dekat pangkal batang. Cabang-cabang yang masih muda berwarna ungu gelap, dan bila sudah tua warnanya menjadi cokelat mengkilat.
Daun terletak berhadapan, berupa daun tunggal yang bentuknya lanset dengan tepi rata, ujung daun meruncing, warna daun hijau gelap. Bunganya kecil berwama putih atau dadu, yang tersusun dalam rangkaian berupa malai/bulir yang menguncup, berambut menyebar dan keluar dari ketiak daun atau ujung tangkai. Buahnya berbentuk bulat panjang. Selain yang berbatang hitam (lebih populer), ada juga yang berbatang hijau.
Gandarusa, dikutip dari ums.ac.id, memiliki nama sinonim Gendarussa vulgaris, Nees., Justicia gendarussa, Linn.. Tumbuhan ini, mengutip dari Dalimartha (2001), juga dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti besi-besi (Aceh), gandarusa (Melayu), handarusa (Sunda), gandarusa tetean, trus (Jawa), ghandarusa (Madura), gandarisa (Bima), puli (Ternate).
Dikutip dari balittra.litbang.pertanian.go.id, gandarusa adalah tanaman herbal yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti luka terpukul (memar), tulang patah, rematik, bisul, borok, koreng, dan sakit kepala. Kulit pohon dipakai untuk merangsang muntah, daun dapat digunakan untuk membunuh serangga.
Pada umumnya daun gandarusa dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dalam perawatan wajah. Dari hasil penelitian menunjukkan ekstrak tumbuhan gandarusa dapat digunakan sebagai biopestisida dalam mengendalikan hama ulat grayak dengan mortalitas larva antara 75-80 persen.
Manfaat Herbal Gandarusa
Daun gandarussa, dikutip dari biodiversitywarriors.org, mengandung kalium, flavonoid, justisin, steroid/triterpenoid, tannin 0,4 persen. Selain itu, juga mengandung minyak atsiri, kalium, kalsium oksalat, tannin, dan alkaloid yang agak beracun.
Fitri Yuliani dari Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, meneliti efek diuretik ekstrak etanol daun gandarusa. Ia meneliti efek diuretik ekstrak etanol daun gandarusa pada tikus putih jantan galur Wistar. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun gandarusa berkhasiat sebagai diuretik.
Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Bandung meneliti efek larvasida infusa daun gandarusa. Nyamuk, terutama Culex sp., merupakan vektor penularan berbagai penyakit di negara tropis. Banyak cara telah dilakukan untuk mengatasinya, salah satunya dengan penggunaan larvasida sintetis. Namun, pemakaian obat-obat kimia banyak menyebabkan kerugian. Hasil penelitian menunjukkan infusa daun gandarusa memiliki efek larvasida terhadap nyamuk Culex sp. dengan LC50 sebesar 3,248 persen.
Prof Dr Bambang Prajogo EW MS Apt, dosen Farmakognosi Unair Surabaya, telah menemukan produk pil keluarga berencana (KB) untuk pria dari ekstrak tumbuhan gandarusa (Justicia gendarussa). Temuan dari tim peneliti Unair tersebut dihilirisasi PT Harsen Laboratories.
Menurut Bambang, seperti dikutip dari unair.ac.id, di dalam sperma pria terdapat tiga macam enzim yang berfungsi untuk menembus sel telur. Khasiat dari ekstrak gandarusa adalah menghambat enzim tersebut sehingga sperma tidak dapat menembus sel telur.
Chandra Dewantara dari Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha Bandung, meneliti “Efek Analgetik Ekstrak Etanol Gandarusa (Justicia gendarussa) pada Mencit Swiss Webster Jantan yang Diinduksi Rangsang Termis”. Ia melakukan uji analgetik menggunakan metode induksi rangsang termis, untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri.
Dari penelitian itu ia menyimpulkan ekstrak etanol daun gandarusa memiliki efek analgetik terhadap mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi rangsang termis.
Tim peneliti Departemen Kimia Farmasi, Swamy Vivekananda College of Pharmacy, Elayampalayam, Tiruchengode, Tamil Nadu, India, meneliti evaluasi aktivitas anti-depresi ekstrak etanolik gandarusa dengan memanfaatkan tikus Wistar.
Mereka menyebutkan gandarusa memiliki beberapa efek terapeutik, yang menyembuhkan depresi, kesedihan, ketegangan saraf. Hasil penelitian mereka mengusulkan 250 mg/kg ekstrak etanol menunjukkan aktivitas anti-depresan yang lebih tinggi daripada standar.
Khasiat gandarusa sebagai pereda nyeri juga pernah diteliti oleh Hotma Elisa Siregar dari Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara, pada tahun 1984. Ia ingin mengetahui efek analgetiknya. Hasilnya, pemberian infus daun kering gandarusa per oral pada mencit, dengan bahan pembanding parasetamol dan morfin, menunjukkan hasil positif atau adanya pengaruh.
Penelitian Ni’mah Hidayatul Laili dari Program Studi Magister Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang, meneliti efek pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap kadar hormone estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina.
Di dalam penelitiannya ia menyebutkan daun gandarusa mengandung isoflavon yang terdapat di dalam flavonoid yang bertindak sebagai fitoestrogen. Ia ingin mengetahui efek pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap peningkatan kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina.
Hasil penelitiannya menunjukkan, pemberian ekstrak daun gandarusa meningkatkan kadar hormone estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina menjadi melebar dan jumlahnya menjadi banyak.
baca selanjutnya...
Tumbuhan perdu ini daunnya memanjang, sedikit tebal, berwarna hijau tua. Bunganya berwarna putih kecil berbentuk rangkaian malai, dan bulir kuncup muncul dari ketiak daun.
Gandarusa, menurut Wikipedia, memiliki efek analgetik, diuretik, dan antispermatozoa. Daunnya mengandung alkaloid yang berpotensi racun bagi manusia.
Tumbuhan ini dilaporkan digunakan sebagai alat kontrasepsi pria oleh sebagian penduduk lokal di Papua. Hasil penelitian di Universitas Airlangga menunjukkan efek menekan kadar testosteron pada mencit melalui kadar polifenol tertentu yang menurunkan aktivitas enzim hialuronidase pada spermatozoa, sehingga sel sperma tidak mampu menembus dinding sel telur.
Selain bermanfaat sebagai alat kontrasepsi, tumbuhan ini kaya manfaat, terbukti dengan banyaknya penelitian yang telah dilakukan.
Tim peneliti dari Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia, meneliti aktivitas antiviral dari daun gandarusa terhadap infeksi HIV. Papa peneliti mengevaluasi pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas antivirus ekstrak daun gandarusa pada sel MT-4 yang terinfeksi HIV secara in vitro.
Uji docking molekuler juga dilakukan untuk menentukan interaksi alkaloid dan flavonoid pada daun gandarusa terhadap reseptor reverse transcriptase HIV-1. Tujuh puluh persen ekstrak etanol daun gandarusa memiliki potensi anti-HIV.
Agustinus Widodo dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, juga meneliti aktivitas antiviral ekstrak etanol dan fraksi daun gandarusa pada sel MT 4 yang terinfeksi Human Immunodeficiency virus (HIV) in vitro.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya, yang menguji aktivitas anti-HIV dengan menggunakan 3 jenis ekstrak, yaitu ekstrak etanol 70 persen (tanpa pembebasan alkaloid), ekstrak etanol 70 persen terfraksinasi (dengan pembebasan alkaloid), dan ekstrak air daun gandarusa pada kultur sel MT-4 yang terinfeksi HIV in vitro. Kesemuanya dibandingkan dengan kontrol positif (Zidovudin+Lamivudin).
Hasil yang diperoleh adalah adanya penghambatan efek sitolisis, hal ini menandakan adanya penghambatan dari pertumbuhan HIV. Berdasarkan uji aktivitas virusidal, diperoleh hasil ekstrak etanol 70 persen dan ekstrak etanol 70 persen terfraksinasi daun gandarusa mampu menghambat lebih dari 90 persen pembentukan syncytia sel MT-4 yang terinfeksi HIV.
Hasil uji aktivitas virusidal, menunjukkan beberapa konsentrasi dari ekstrak daun gandarusa dapat menghambat pembentukan syncytia lebih dari 90 persen, sehingga mampu menghambat masuknya virus.
Pemerian Botani Gandarusa
Gandarusa, dengan nama Latin Justicia gendarussa, Burm. f., termasuk familia Acanthaceae, dikutip dari balitra.litbang.pertanian.go.id, merupakan tumbuhan semak yang tumbuh liar di hutan, di tanggul-tanggul sungai, atau ditanam sebagai pagar hidup, atau juga dipelihara sebagai tanaman obat yang bersifat herbal. Gandarusa tumbuh baik pada ketinggian 1 – 500 m di atas permukaan laut.
Gandarusa tumbuh tegak, dengan tinggi dapat mencapai 2 m. Percabangannya banyak, dimulai dari dekat pangkal batang. Cabang-cabang yang masih muda berwarna ungu gelap, dan bila sudah tua warnanya menjadi cokelat mengkilat.
Daun terletak berhadapan, berupa daun tunggal yang bentuknya lanset dengan tepi rata, ujung daun meruncing, warna daun hijau gelap. Bunganya kecil berwama putih atau dadu, yang tersusun dalam rangkaian berupa malai/bulir yang menguncup, berambut menyebar dan keluar dari ketiak daun atau ujung tangkai. Buahnya berbentuk bulat panjang. Selain yang berbatang hitam (lebih populer), ada juga yang berbatang hijau.
Gandarusa, dikutip dari ums.ac.id, memiliki nama sinonim Gendarussa vulgaris, Nees., Justicia gendarussa, Linn.. Tumbuhan ini, mengutip dari Dalimartha (2001), juga dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti besi-besi (Aceh), gandarusa (Melayu), handarusa (Sunda), gandarusa tetean, trus (Jawa), ghandarusa (Madura), gandarisa (Bima), puli (Ternate).
Dikutip dari balittra.litbang.pertanian.go.id, gandarusa adalah tanaman herbal yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti luka terpukul (memar), tulang patah, rematik, bisul, borok, koreng, dan sakit kepala. Kulit pohon dipakai untuk merangsang muntah, daun dapat digunakan untuk membunuh serangga.
Pada umumnya daun gandarusa dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dalam perawatan wajah. Dari hasil penelitian menunjukkan ekstrak tumbuhan gandarusa dapat digunakan sebagai biopestisida dalam mengendalikan hama ulat grayak dengan mortalitas larva antara 75-80 persen.
Manfaat Herbal Gandarusa
Daun gandarussa, dikutip dari biodiversitywarriors.org, mengandung kalium, flavonoid, justisin, steroid/triterpenoid, tannin 0,4 persen. Selain itu, juga mengandung minyak atsiri, kalium, kalsium oksalat, tannin, dan alkaloid yang agak beracun.
Fitri Yuliani dari Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, meneliti efek diuretik ekstrak etanol daun gandarusa. Ia meneliti efek diuretik ekstrak etanol daun gandarusa pada tikus putih jantan galur Wistar. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun gandarusa berkhasiat sebagai diuretik.
Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Bandung meneliti efek larvasida infusa daun gandarusa. Nyamuk, terutama Culex sp., merupakan vektor penularan berbagai penyakit di negara tropis. Banyak cara telah dilakukan untuk mengatasinya, salah satunya dengan penggunaan larvasida sintetis. Namun, pemakaian obat-obat kimia banyak menyebabkan kerugian. Hasil penelitian menunjukkan infusa daun gandarusa memiliki efek larvasida terhadap nyamuk Culex sp. dengan LC50 sebesar 3,248 persen.
Prof Dr Bambang Prajogo EW MS Apt, dosen Farmakognosi Unair Surabaya, telah menemukan produk pil keluarga berencana (KB) untuk pria dari ekstrak tumbuhan gandarusa (Justicia gendarussa). Temuan dari tim peneliti Unair tersebut dihilirisasi PT Harsen Laboratories.
Menurut Bambang, seperti dikutip dari unair.ac.id, di dalam sperma pria terdapat tiga macam enzim yang berfungsi untuk menembus sel telur. Khasiat dari ekstrak gandarusa adalah menghambat enzim tersebut sehingga sperma tidak dapat menembus sel telur.
Chandra Dewantara dari Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha Bandung, meneliti “Efek Analgetik Ekstrak Etanol Gandarusa (Justicia gendarussa) pada Mencit Swiss Webster Jantan yang Diinduksi Rangsang Termis”. Ia melakukan uji analgetik menggunakan metode induksi rangsang termis, untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri.
Dari penelitian itu ia menyimpulkan ekstrak etanol daun gandarusa memiliki efek analgetik terhadap mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi rangsang termis.
Tim peneliti Departemen Kimia Farmasi, Swamy Vivekananda College of Pharmacy, Elayampalayam, Tiruchengode, Tamil Nadu, India, meneliti evaluasi aktivitas anti-depresi ekstrak etanolik gandarusa dengan memanfaatkan tikus Wistar.
Mereka menyebutkan gandarusa memiliki beberapa efek terapeutik, yang menyembuhkan depresi, kesedihan, ketegangan saraf. Hasil penelitian mereka mengusulkan 250 mg/kg ekstrak etanol menunjukkan aktivitas anti-depresan yang lebih tinggi daripada standar.
Khasiat gandarusa sebagai pereda nyeri juga pernah diteliti oleh Hotma Elisa Siregar dari Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara, pada tahun 1984. Ia ingin mengetahui efek analgetiknya. Hasilnya, pemberian infus daun kering gandarusa per oral pada mencit, dengan bahan pembanding parasetamol dan morfin, menunjukkan hasil positif atau adanya pengaruh.
Penelitian Ni’mah Hidayatul Laili dari Program Studi Magister Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang, meneliti efek pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap kadar hormone estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina.
Di dalam penelitiannya ia menyebutkan daun gandarusa mengandung isoflavon yang terdapat di dalam flavonoid yang bertindak sebagai fitoestrogen. Ia ingin mengetahui efek pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap peningkatan kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina.
Hasil penelitiannya menunjukkan, pemberian ekstrak daun gandarusa meningkatkan kadar hormone estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina menjadi melebar dan jumlahnya menjadi banyak.
baca selanjutnya...